Kritik Sastra dan Apresiasi Sastra
Gambar dari freepik |
Apresiasi sastra adalah kegiatan pembaca untuk mengenal, memahami, menghayati karya sastra sehingga dapat menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra (baik isi maupun bentuknya). Dengan demikian, pembaca dapat menghargai atau menilai karya sastra tersebut. Sedangkan kritik sastra adalah kegiatan pembaca dalam mencari dan menentukan nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra lewat pemahaman dan penghayatan terhadap karya sastra itu.
Baca juga: Pengertian Kritik Sastra
berdasarkan definisi (batasan) tersebut di atas, jelaslah bahwa hubungan antara kritik sastra dan apresiasi sastra sangat erat, dan hubungan itu merupakan hubungan kausal atau hubungan sebab-akibat. Makin tinggi taraf apresiasi seseorang maka makin mendalam pula daya kritisnya. Makin mendalam daya kritis seseorang maka makin tinggi pula taraf apresiasinya.
Kritik sastra tanpa apresiasi sastra tentu sukar dibayangkan. Tetapi apresiasi sastra tanpa kritik sastra tentu tidak terwujud. Tanpa memiliki apresiasi sastra tentulah seseorang tidak dapat menulis kritik sastra.
Adapun syarat mutlak untuk meningkatkan taraf apresiasi dan mempertajam daya kritis ialah dengan "membaca". Hal ini juga dianjurkan oleh aliran "The New Criticism" yang mergatakan bahwa: "Untuk dapat menikmati dan memahami karya sastra, seseorang harus membaca karya sastra itu". "Membaca" adalah kunci kemajuan segala zaman, lebih-lebih pada zaman global ini,
Kritik Sastra dan Esei Sastra
Pada umumnya orang beranggapan bahwa esei sastra sama dengan kritik sastra. Memang pada dasarnya, esei sastra adalah kritik sastra juga. Semua karangan yang menelaah atau membicarakan karya sastra adalah kritik sastra. Tetapi karena cara mengungkapkan dan tujuannya berbeda, maka bentuk karangan itu memiliki namanya sendiri-sendiri.
Dalam buku Antologi Esei tentang Persoalan Sastra, Satyagraha Hoerip menyitir dari Encyclopedia Britanika tentang esei sebagai berikut: "Esei adalah karangan yang sedang panjangnya, biasanya dalam bentuk prosa, yang mempermasalahkan suatu persoalan secara mudah dan sepintas lalu, tepatnya mempersoalkan suatu masalah sejauh masalah tersebut merangsang hati penulis (Hoerip, 1969:193).
Arief Budiman dalam karangannya yang berjudul Esei Tentang Esei mengatakan bahwa "Esei adalah karangan yang sedang panjangnya, yang membahas persoalan secara mudah dan sepintas lalu dalam bentuk prosa". Hal yang diutamakan dalam sebuah esei bukanlah pokok persoalannya, melainkan cara pengarang mengemukakan pokok persoalan itu. Yang utama adalah bayangan kepribadian yang simpatik dan menarik, jadi bersifat pribadi. Esei tidak memecahkan persoalan tetapi melukiskan persoalan.
Kritik sastra merupakan penilaian terhadap sebuah karya sastra melalui proses dengan menggunakan kriteria seastra, sehingga dapat menpgungkapkan kelemahan-kelemahan dan kelebihan-kelebihan sebuah karya sastra dongan mengemukakan alasan-alasannya dan mengusulkan perbaikan-perbaikannya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, memang ada persamaan dan perbedaan antara esei dan kritik sastra. Kritik sastra dapat dipandang sebagai ilmu dan seni, maka bersifat objektif, dan idealis; sedangkan esei cenderung sebagai seni, maka bersifat subjektif dan idealis. Selain itu, kritik sastra mengemukakan kekurangan dan kelebihan sebuah karya sastra, dan menyarankan perbaikan-perbaikannya, sedangkan esei hanya mengemukakan masalah atau persoalan kepada pembaca (khalayak ramai), dan bagaimana cara menyelesaikan masalah diserahkan kepada para pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar